Minggu, 03 April 2011

Mengembangkan Diri

AKU PASTI BISA BILA AKU PIKIR BISA

Pernyataan ini banyak digunakan orang sebagai judul tulisan. Saya memasukkan diri ke dalam jajaran mereka. Tentu saja bukan karena mengikuti arus atau ikut-ikutan orang lain tapi lebih karena saya ingin semua orang sukses. Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki keinginan untuk sukses dalam hidupnya. Meskipun setiap orang berbeda memaknai kata sukses. Ada orang yang mengartikan sukses dengan indikator telah diparolehnya sesuatu yang diinginkan, orang lain lagi mengartikan sukses dengan indikator dapat menikmati apa yang telah diperoleh, ada lagi yang mengartikan sukses dengan apa yang dicapai dapat melebihi orang lain. Itu semua tentunya dipengaruhi oleh persepsi masing-masing orang, berdasarkan pengalamannya.  Apapun pengertian orang, yang pasti adalah bahwa tidak ada orang yang tidak menginginkan tujuannya tercapai. Di sisi lain ternyata tidak setiap orang dapat mencapainya. Mengapa demikian? Dan bagaimana agar dapat mencapainya? Saya bermaksud memberikan alternatif untuk menjawab pertanyaan tersebut, minimal dapat memberikan inspirasi.
Bukannya  tanpa makna mengapa Tuhan menempatkan kepala kita paling atas dalam struktur tubuh kita. Kepala adalah tempat tersimpan otak, organ yang sangat penting, karena otak adalah mesin berpikir kita, disini pusat kehidupan kita diatur dan dikendalikan . Seluruh bagian tubuh kita digerakkan oleh otak. Oleh sebab itu tidak salah bila orang mengatakan, bahwa orang yang menggerakkan orang lain (pemimpin) disebut dengan jabatan kepala . Dan bila orang menilai orang lain yang memiliki pendapat yang dianggap keliru, dikatakan otaknya di dengkul (di tempurung kaki). Seorang Kepala harus dapat memimpin orang lain, seorang Kepala harus dapat menjadi panutan orang lain. Demikian juga halnya dengan otak kita, harus dapat memimpin diri kita, menggerakkan diri kita, mewujudkan tujuan yang kita inginkan.
Otak kita yang beratnya tidak sampai dua kilo terbentuk dari cell syaraf (neoron) yang jumlahnya mencapai sejuta-juta. Setiap cell memiliki kemampuan menyimpan dan memproses informasi setara komputer personal standard menurut Tony Buzan dalam Mind mapping.  Apa yang pernah tertangkap oleh indera kita sejak balita, bahkan sejak dalam kandungan? tersimpan rapi dalam otak kita. Di dalam otak terjadi suatu proses yang sangat rumit dan komplek, yang berupa hubungan (interaksi) antara satu cell denga cell yang lain. Setiap cell mampu berhubungan dengan jutaan cell yang lain.  Hubungan antar cell ini menghasilkan pola pikiran. Otak kita mampu membentuk milyard-an pola pikiran. Semakin banyak pola pikiran yang mampu terbentuk semakin “pandai” lah orang, sebab semakin banyak memiliki pemahaman konsep, atau semakin banyak tau. Jadi berpikir pada dasarnya adalah proses hubungan antar pola pikiran – pola pikiran ini. Bahkan Tony Buzan mengatakan otak kita mampu membentuk pola pikiran lebih banyak dari Galaksi dengan 200 milyard bintangnya.
Dari gambaran sederhana tentang otak kita tersebut, sebenarnya tidak ada orang yang “bodoh”, atau semua orang “pandai”. Tetapi kenyataan tidak demikian, kita sering mendengar orang berkata, dalam pergaulan sehari-hari, si Anu itu pandai sekali sejak SD atau sementara si Polan itu bodoh sejak kecil. Kehidupan manusia tidak sama, ada yang pandai dan ada yang bodoh. Orang pandai diwakili oleh mereka yang memimpin, mereka yang kaya, mereka yang kuat dan sebaliknya orang yang bodoh diwakili oleh mereka yang dipimpin atau pengikut, yang melarat,  yang lemah.  Bahkan dalam budaya Jawa ada peribahasa “Orang bodoh makanan orang pandai.” Mengapa demikian, tentu sudah kuno (ndesit) bila kita mengatakan karena kehendak Tuhan. Tuhan tidak pernah punya keinginan menciptakan manusia yang bodoh,kita semua diciptakan untuk menjadi orang sukses. Buktinya, kita semua dibekali akal, yang ada di otak, yang dapat dipergunakan untuk meraih sukses. Dan bekal itu relatif sama bagi semua orang, tanpa dibedakan ras, suku atau pembedaan yang lain.
 Lalu mengapa  ada orang “sukses” dan ada orang “gagal”? Otak adalah salah satu organ atau alat dalam tubuh kita. Dimanapun alat itu netral, tanpa nilai, seberapa tinggi nilai suatu alat ditentukan oleh siapa yang menggunakan dan untuk apa. Seperti pribahasa “Man behind the gun” oleh siapa dan untuk apa senjata itu dipergunakan, itulah nilai alat. Saya ingat satu ceritera entah siapa pengarangnya, ceritera itu sudah saya kenal sejak masih remaja, yaitu saat diadakan lelang otak manusia di Bremen (tempat lelang tembakau dunia), yang paling mahal adalah otak orang Indonesia, sedang otak orang Jepang dan Jerman paling murah karena sering dipakai berpikir sehingga aus. Sedang otak orang Indonesia masih orisinil. Ini ceritera sinis, yang benar adalah semakin sering otak dipergunakan untuk berpikir, belajar,  semakin kaya pola pikiran, semakin pandai.
Saya ingat ceritera dari guru saya waktu SMA Rm Van Sten CM, ada seorang yang kaya raya akan pergi keluar negeri dalam waktu yang lama. Dia memiliki tiga pembantu, kepada mereka dipercayakan untuk menjaga hartanya. Kepada pembantu yang pertama dipercayakannya harta 10 dinar, kepada yang kedua dipercayakan 5 dinar, dan kepada pembantu ketiga 1 dinar. Setelah tuannya pergi, pembantu pertama menggunakan harta itu untuk berdagang, demikian juga pembantu yang ke dua, sedang pembantu yang ke tiga menanamkanya di dalam tanah, karena ia takut harta itu dicuri orang. Setelah berapa lama, tuannya kembali dan dipanggilnya pembantu-pembantunya untuk memberikan laporan tentang tugasnya masing-masing. Pembantu yang pertama melaporkan bahwa harta yang dipercayakan kepadanya sekarang telah menjadi 20 dinar. Mendapat laporan tersebut tuannya sangat senang, dipujinya pembantu yang rajin tersebut, dan diberikan hadiah. Pembantu yang ke duapun melaporkan bahwa hartanya sudah bertambah menjadi 10 dinar. Mendengar laporan ini, tuannya senang sekali maka disanjungnya pembantunya yang rajin ini dan kepadanya diberi hadiah. Pembantu yang ke tiga, melaporkan bahwa uangnya masih utuh 1 dinar dan dikembalikan kepada tuannya. Mendengar laporan ini tuannya sangat marah. Dimaki-makinya pembantu itu sebagai orang yang malas, yang jahat, dan tidak berterima kasih. Maka pembantu ke tiga ini diusirnya dan hartanya diberikan kepada pembantu yang petama. Dari dua ceritera diatas, jelas bahwa sukses seseorang ditentukan oleh upayanya dalam mendayagunakan otaknya untuk berpikir.

Penghambat sukses.
Apa yang dapat kita pelajari dari alam ciptaan Tuhan, adalah semuanya selalu dua (berpasangan). Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada terang , ada gelap, dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan adalah untuk apa itu semua? Seperti kata filsuf Cina, Tao ada Yin dan Yang. Dunia yang sekarang kita tempati bersama ini masih belum selesai, masih dalam proses. Alam ini dinamis selalu bergerak menuju keseimbangan yang lebih baik. Seperti bencana yang sering terjadi saat ini, apakah itu hujan, badai, banjir, gempa, gunung meletus, tsunami yang beru saja melanda Jepang,  semuanya adalah proses menuju keseimbangan. Apa kaitanya dengan hidup kita? Hidup kita merupakan proses dari satu keputusan ke keputusan yang lain atau hidup kita adalah rangkaian keputusan- keputusan. Setiap detik, setiap saat kita dituntut untuk mengambil keputusan dan kemudian menjalani keputusan itu dengan segala risikonya. Dari sisi lain kita juga dapat mengartikan bahwa hidup kita merupakan rangkaian sukses dan gagal, karena setiap detik, setiap saat kita mengalami sukses atau gagal. Jadi sukses atau gagal  adalah proses bukan hasil.
Masih berdasarkan pendapat Tao,” putih tidak selalu baik dan hitam tidak selalu jelek,” makna sukses dan gagal ditentukan dari cara kita memandang. Bila kita memiliki cara pandang yang negatip, suksespun belum tentu positip. Saya pernah memiliki staf lulusan SMP yang tugas sehari-harinya sebagai photografer. Orangnya tekun, disiplin, tidak banyak omong tapi pekerja keras, tidak pernah mengeluh. Karena prestasi dan karakternya yang baik ini saya terdorong untuk pengin mengusulkan  promosi baginya. Sebelum usulan ini saya lakukan, saya pingin mendengar dulu apa pendapatnya. Hingga pada suatu hari dimana kantor lagi sepi karena staf yang lain tugas luar, saya penggil dia ke ruangan saya. Ketika dia sudah masuk, saya dapat melihat ada perasaan heran bercampur keraguan diwajahnya, dan saya dapat memaklumi perasaannya, karena tidak biasanya saya memanggil staf ke ruangan. Bila ada sesuatu keperluan dinas, saya lebih senang mendatangi mereka di tempat mereka bekerja sambil melihat pekerjaan mereka.  “Ri (namanya Mahruri), ada sesuatu yang ingin saya bicarakan denganmu”, saya berhenti sejenak sambil melihat reaksinya. Wajahnya terlihat semakin tegang, lama-lama kasihan juga, oleh sebab itu segera saya sambung kalimat saya: “Saya senang sekali bekerja sama dengan kamu karena kerjamu baik sekali dan saya merasa terbantu sekali.” Wajahnya masih belum berubah, bahkan bibirnya mulai nampak bergetar dan kering. “Ri, ini keinginan saya lo, keputusannya terserah kamu, saya tidak memaksa. “Gini, karena kerjamu baik, aku ingin mengusulkan kamu untuk promosi, tetapi tentunya tidak di unit kita ini, gimana pendapatmu?” Serta-merta wajahnya berubah menjadi merah, otot lehernya menegang, pundaknya kaku menandakan dia marah. Lama dia tidak menjawab, baru setelah menelan ludah berkali-kali dengan susah payah dia menjawab. Mendengar jawabannya, ganti saya yang terheran-heran, saya berpikir apa yang salah saya katakan? Dia menjawab dengan suara berat dan bergetar; “ Maaf Pak, ternyata selama ini saya salah menilai Bapak. Meskipun Pak Dirman masih muda, selama ini saya rasakan bapak sangat baik kepada kami, bapak dapat momong kami semua, belum pernah kami dapat pimpinan seperti bapak.” Dia berhenti sejenak, kesempatan ini saya manfaatkan untuk bertanya; “Ri, mana yang salah yang aku katakan?” “Saya merasa bapak tidak senang dengan saya dan sekarang mengusir saya.” “Lo,lo,lo..., kamu salah Ri. Justru karena aku senang, maka aku akan mengusulkan kau dapat jabatan, bukan mengusir, dan inipun bila kau mau.” Jawabnya singkat; “nggak pak saya sudah senang di sini, meskipun tetap staf.” “Mengapa” saya tanya. “Staf tanggungjawabnya ringan.” Ini keputusan yang dia ambil, hasilnya sampai pensiun dia tetap staf di unit kerja itu.
Untuk menjadi sukses, tidak cukup bila hanya mempertimbangkan tujuan apa yang ingin dicapai, potensi apa yang dimiliki, tetapi juga perlu dikenali dengan seksama hambatan apa yang memiliki potensi menghalangi upaya pencapaian tujuan. Secara umum hambatan berasal dari dalam dan dari luar diri. Hambatan dari luar berupa manusia, dan  alam. Yang dari manusia berupa hasil budi manusia yang berupa rasa, karsa dan karya. Hasil budi manusia ini yang terkenal pada masa Orde Baru dengan Panca Gatra disingkat menjadi Ipoleksosbud, yang terdiri dari idiologi, politik, ekonomi, sosisl dan budaya. Sedang hambatan alam berupa demografi, geografi dan kekayaan alam, disebut dengan Tri Gatra. Jadi hambatan dari luar ini disebut Asta Gatra, yang sekarang cukup disebut hambatan lingkungan. Hambatan ini memang banyak dan seringkali pengaruhnya sangat  kuat terhadap diri kita. Tetapi sebarat apapun sebenarnya sangat mudah mengatasinya. Sebagai contoh, dalam kehidupan dimasyarakat orang akan meninggalkan kebiasaan di masyarakat tidak berani karena akibatnya akan mendapatkan penilaian negatif, dianggap tidak umum, menyimpang, aneh dan akhirnya akan tersisih dari pergaulan. Cara mengatasinya cukup dengan dialoog atau bila siap menghadapi konsekuensi dengan mengabaikan.
Sangat berbeda dengan hambatan yang berasal dari dalam diri sendiri yang saya sebut sebagai “Setan”. Seperti yang sering kita dengar sejak kecil, dalam pembicaraan di masyarakat, bahwa setan itu makluk yang kerjanya menggoda manusia, khususnya manusia yang akan berbuat baik. Tetapi sebaliknya setan juga sahabat manusia. Yaitu manusia yang ingin berbuat jahat. Hambatan dari dalam diri ini lebih efektif mempengaruhi diri kita dan lebih sulit untuk diatasi. Karena Setan ini beroperasi dipusat pengendalian diri manusia yaitu otak yang berupa pikiran negatif. Cara kerja otak kita ditiru manusia dalam wujud komputer. Komputer bekerja sesuai program yang dimasukkan, sehingga ada sebutan “Garbage in garbage out” Apabila kita masukkan data yang salah, maka komputer bekerja sesuai program akan memproses data tersebut dan hasilnya berupa informasi yang salah juga. Inilah prinsip kerja yang berlaku dalam pikiran kita. Hambatan dari dalam ini lebih efektif mempengaruhi diri kita bahkan boleh dikatakan tingkat keberhasilannya 100%. Hambatan ini sudah mulai bekerja pada tingkat penggalian ide, pembentukan niat,  kemauan untuk melaksanakan dan pembangunan semangat melaksanakan.
Pada saat penggalian ide, hambatan ini sudah mulai mengganggu kita dengan cara mengatakan” jangan bermimpi yang bukan-bukan, ingat kamu ini siapa, jangan seperti pungguk merindukan bulan” Ia hanya akan  merekomendasi ide yang biasa-biasa saja, yang umumnya dilakukan oleh orang lain dengan janji pasti berhasil. Tapi kalau terlalu tinggi akan gagal dan hasilnya akan ditertawain orang, malu deh. Dan pikiran kita sangat faham betapa rasa  malu itu, muka kita semutan, rasanya darah membanjiri muka kita sehingga nampak menjadi merah, telinga panas, badan gemetar, kaki ini rasanya tidak mampu menopang berat badan. Kita akan menjadi orang yang rendah diri, yang tertutup, tidak berani ketemu dengan orang lain.Saya yakin orang  normal akan selalu menghindari pertemuan dengan makluk yang namanya malu ini. Hasil yang kita peroleh adalah kita taati nesehatnya,sehingga kita akan menghilangkan atau melupakan ide tersebut.
Apabila kita sudah berhasil mengatasi godaan Setan pada tingkat penggalian ide ini, dia tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan berusaha menghadang kita lagi pada tahap  berikutnya yaitu pembentukan niat, kemauan untuk menindaklanjuti ide. Ia akan mengatakan kepada kita: “Sudahlah, jangan siksa dirimu dengan hal-hal yang belum  jelas, yang belum tentu berhasil, lebih baik nikmatilah hidup ini dengan bersenag-senang semasa masih bisa menikmati, supaya tidak menyesal dikemudian hari. Ingat sejarah tidak pernah berulang.” Kita sangat faham bahwa tidak setiap niat yang baik itu akan menghasilkan kebaikan. Sering kita mengalami niat yang baik direspon tidak baik, atau dicurigai berniat baik karena ada udang dibalik batu, yang tentunya hasilnya merugikan diri kita. Adakah orang normal yang mau merugi? Lalu bagaimana sikap kita terhadap hambatan ini? Kita setuju karena kita pernah merasakan betapa sakitnya dicurigai orang.
Kalu toh seandanya kita berhasil mengatasi hambatan ini, yang namanya Setan tidak akan pernah menyerah menggoda kita. Dia akan menghadang kita pada tahap berikutnya yaitu pembangunan semangat, ketekunan, keuletan dalam melaksanakan ide dan niat. Setan akan berkata pada kita: “ Jangan terlalu bersemangat, kan masih ada hari esuk, tidak akan lari gunung dikejar, mengapa kita harus memperpendek umur kita dengan cara terburu-buru sepertinya besuk pagi akan kiamat. Kasihanilah jantung Anda.” Bagaimana tanggapan kita, tentu setuju sebab berdasarkan pengalaman kita memang demikianlah, mengapa kita tidak belajar dari pangalaman? Apa hasinya, kita kerja kurang all out, ogah-ogahan, setengah hati, tidak maksimal sehingga hasil kerjanya hanya sekedar cukup. Itulah beberapa bentuk hambatan yang ada dalam pikiran kita. Dalam bahasa kalangan cendikiawan dikenal dengan mental blog. Hambatan yang ada dalam mental kita berupa pikiran negatif.Ada empat jenis hambatan mental (mental blog) ini.
Pertama hambatan ego (ego blog). Yaitu rasa bangga pada diri sendiri yang belebihan. Mengapa saya katakan yang berlebihan? Karena bangga pada diri sendiri itu baik, bahkan harus terutama bagi mereka yang merasa miskin dihadapan Tuhan. Artinya orang yang merasa dirinya bukan apa-apa dihadapan Tuhan. Tidak ada yang dimilikinya kecuali atas anugerah Tuhan. Yang saya katakan bangga pada diri sendiri yang berlebihan bila orang merasa, apa yang kita lakukan, apa yang kita hasilkan semata-mata karena AKU, kalau bukan AKU, untung ada AKU, hanya AKU lah dan sebagainya.
Orang yang bangga pada diri sendiri yang berlebihan merasa dirinya selalu benar, bahkan paling benar, yang salah engkau oleh sebab itu aku tidak perlu memperbaiki diri, engkaulah yang perlu belajar. Kesalahan selalu berada pada orang lain, karena dia mengukur orang lain dengan ukurannya sendiri, sehingga selalu tidak pas, dia memandang sesuatu menurut persepsinya. Yang lebih parah lagi orang yang bangga pada diri sendiri yang berlebihan selalu memaksakan kehendaknya agar orang lain menerima dan mengikuti keinginannya.
Kedua, hambatan emosi (emotion blog), yaitu rasa rendah diri, menganggap dirinya selalu kalah, lebih jelek, lebih bodoh, dan sebagainya  dibandingkan orang lain. Untuk meyakinkan kebenaran pendapat ini. Saya kutipkan pendapat DR Ibrahim Elfiky dalam bukunya Terapi Berpikir Positif, 2009. “Tidak seorangpun dapat membuat Anda lebih kecil darinya tanpa izin dari  diri Anda  sendiri.” Jadi yang memandang kita selalu kalah dari orang lain sebenarnya adalah diri kita sendiri.
Akibat pandangan yang demikian adalah sikap permissive atas kekurangan diri sendiri. Kekurangan yang ada pada dirinya disikapi sebagai suatu kewajaran. Memang itulah adanya aku, kemudian pasrah, apa yang terjadi padaku terjadilah. Orang seperti ini tidak cukup memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan melebihi kebiasaan. Seperti misalnya mencoba hal-hal baru, atau menetapkan standar hasil yang lebih tinggi. Mendapatkan malu karena kegagalan merupakan momok yang paling menakutkan bagi orang yang dikuasai oleh hambatan emosi ini.
Ketiga,hambatan persepsi (perception blog), hambatan ini berupa pamaknaan kita terhadap sesuatu yang tertangkap oleh indera kita. Persepsi atau permaknaan ini merupakan aktualisasi dari hasil belajar. Apa makna sesuatu fenomena bagiku, akan berbeda dengan orang lain karena persepsi itu hasil pengalaman atau hasil belajar. Hasil pengalaman itu akan menjadi satu keyakinan (belief) sesuatu yang dianggap sebagai kebenaran. Persepsi sebagai panghambat (blog) bila kita beranggapan bahwa hanya ada satu kebenaran sebagaimana hasil penglaman.Blog persepsi akan menghalangi kita memiliki perspektif yang berbeda. Kita memandang sesuatu dari satu sudut pandang sehingga hanya mendapatkan satu perspektif. Bila kita dikuasai hambatan persepsi ini kita selalu berpikir linier, berpikir pokoke, sikapnya kaku dan mudah tersinggung, sakit hati mendengar pendapat yang berbeda dari orang lain. Orang seperti ini tidak bisa diajak tukar pendapat.
Keempat hambatan  intelektuaal (intellectual blog) hambatan ini berupa kemalasan berpikir, kelumpuhan intelektual, berpikir rutinitas, biasanya. Hambatan ini membuat orang mudah puas dengan hasil yang telah dicapai. Menetapkan standar hasil berdasarkan apa yang telah dicapai. Tidak pernah berpikir dengan pertanyaan apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, lebih mudah, lebih murah, lebih cepat, artinya lebih efisien dan efektif dari pada yang telah biasa?
Apa hasil yang kita peroleh bila kita dikuasai oleh hambatan intelektial ini? Seperti kata Brian Tracy, “Bila kita selalu melakukan apa yang selalu kita lakukan, kita akan selalu memperoleh hasil seperti apa yang selalu kita peroleh. Artinya kita akan mandeg padahal dunia ini selalu berputar, kehidupan manusia selalu berubah, masalah yang timbul selalu berbeda. Ini semua tentu menuntut cara berpikir, sikap dan perilaku yang berbeda juga.”

Sumber hambatan mental (mental blog).
     Dari mana sebenarnya hambatan mental (mental blog) ini berasal, sehingga dapat bertengger di pikiran kita? Dan kapan ia mulai berada di sana dan dengan cara seperti apa? Ini pertanyaan yang wajar dan logis sebab apabila kita dapat memperoleh jawaban yang benar atas pertanyaan ini, kita akan dapat menemukan cara menanggulanginya. Seperti kata David Osborn, menggunakan cara pemecahan masalah yang salah terhadap rumusan masalah yang benar, masih lebih baik, dari pada menggunakan cara pemecahan masalah yang benar, terhadap rumusan masalah yang salah.
Berangkat dari latar belakang pemikiran tentang diri kita di awal tulisan ini tentu kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada niat Tuhan menciptakan penghalang kesuksesan diri kita. Justru sebaliknya Tuhan menghendaki kita menjadi orang sukses di dunia ini. Sebagai bukti adalah penganugerahan otak kita yang berfungsi sebagai alat berpikir yang mempunyai kemampuan yang luarbiasa. Kemampuan otak kita cukup untuk dipergunakan sebagai alat mengelola dunia ini. Tidak ada rahasia dunia yang disembunyikan Tuhan kepada manusia, sepanjang manusia itu rendah hatinya. Buktinya telah banyak diketemukan teknologi yang luar biasa, cepat dan canggih sebagai hasil pendayagunaan kemampuan pikir manusia sehingga kehidupan manusia semakin dipermudah.
     Dari pemikiran ini jelas bahwa hambatan mental itu bukan ciptaan Tuhan, tetapi buatan manusia sendiri. Cara pandang manusia terhadap dirinya sendirilah yang menjadi sumber penghambat. Bila kita berpikir negatif maka sikap dan perilaku negatiflah hasilnya. Demikian pula halnya bila kita berpikir negatif tentang diri kita maka kita akan bersikap negatif terhadap diri sendiri, dan hasilnya adalah perilaku negatif pada diri sendiri. Sebagai contoh, apabila kita memandang diri kita bodoh, pada saat kita menghadapi masalah, kita akan memandang masalah tersebut sulit untuk dipecahkan, maka kita akan cenderung meninggalkan masalah tersebut tidak terselesaikan, atau meminta bantuan orang lain. 
Cara pandang yang demikian ini terbentuk dari pengaruh lingkungan atau dari hasil belajar selama hidup kita terutama sekali saat kita masih balita yang disebut imprint. Yaitu pola asuh yang kita terima dari orang dewasa yang ada di sekeliling kita. John Lock berpendapat, manusia dilahirkan putih bersih seperti kertas kosong, lingkunganlah yang memberi isinya. Apa bila kita hidup di dalam lingkungan yang negatif maka kita akan memiliki cara pandang yang negatif pula. Untuk memahami pendapat ini marilah kita tengok pola asuh saat kita masih kecil, bila kita mampu mengingatnya, atau melihat  sekeliling pada keluarga- keluarga yang memiliki anak balita, kondisi kita dulu lebih kurang seperti itu. Apa yang dikatakan atau dilakukan seorang ibu atau pengsuh kepada anak-anak?
     Pada pagi hari sekitar jam 8 sampai jam 10 dipastikan kegiatan anak dibawah usia 1 tahun adalah tidur, sementara ibu atau pengasuhnya sibuk bekarja. Sekitar dua jam anak akan terbangun karena sesuatu, kencing, BB, haus atau sebab yang lain. Mendengar suara tangisan bayi otomatis ibu atau pembantu akan tergopoh gopoh mendatangi dengan kata-kata menghibur. Bila ini yang selalu dilakukan maka dalam pikiran anak akan tercetak untuk membuat ibu atau pembantu datang adalah menangis. Sekarang setelah anak bertambah besar 1 – 3 tahun, tentu kita akan sering sekali mendengar kata-kata ancaman, menakut-nakuti, larangan atau ungkapan-ungkapan negatip yang lain, ini akan menjadi imprint rasa takut, tidak percaya diri. Ibu atau Pengasuh pasti mempunyai rasa bangga pada anaknya, ini yang normal lo. Rasa bangga ini diungkapkan dengan cara menjadikan anak sebagai pemain circus, yaitu memamerkan kepada siapapun apa yang telah dicapai anak, hasilnya anak tidak dapat melihat kegagalan.  Inilah awal mula penanaman imprint negatip.

Lalu apa yang harus kita lakukan?
Setelah kita mengetahui seperti apa sebenarnya diri kita dan dari mana hambatan-hambatan itu berawal maka yang perlu kita lakukan adalah bagaimana memerangi, melawan dan mengubah hambatan itu menjadi kekuatan, mengubah “setan” menjadi “malaikat” yang mendampingi kita.
  1. Tetapkan tujuan yang smart.
Tujuan yang cerdas adalah tujuan yang difahami oleh pikiran bawah sadar (un-conscious mind) kita. Pikiran bawah sadar adalah penyimpan informasi yang pernah kita alami sepanjang hidup kita. Ia menyimpan informasi dalam bentuk lambang-lambang, dalam masa kini (presen-tense) dan konsep dasar. Penyebab kegagalan pertama karena salah merumuskan tujuan.  Rumusan tujuan yang salah adalah rumusan tujuan yang tidak difahami oleh pikiran bawah sadar, sehingga tidak ada respon. Rumusan tujuan yang benar bila :
a.      Tujuan itu specific (khas) tidak bias. Contoh, uang, rumah, mobil. Bukan kaya, tempat berteduh, kendaraan.
b.      Tujuan itu measurable (terukur). Contoh, satu milyard, type 70, sedan merk Toyota tahun. Bukan banyak, besar, baru.
c.       Tujuan itu   achievable / attainable (terjangkau), ada harapan untuk terwujud.
d.      Tujuan itu realistic (nyata), tertangkap oleh indera kita.
e.      Tujuan itu time bond (batas waktu). Contoh, akhir tahun ... Bukan segera, kapan-kapan, nanti, pada suatu saat.
  1. Kagum pada diri sendiri.
Kagum pada diri sendiri diawali dengan melihat diri sempurna, bukan melihat pada kekurangan atau ketidak sempurnaannya. Seringkali orang salah memaknai kata kagum ini apa lagi bila dihubungkan dengan diri sendiri. Kagum pada diri sendiri sering dikaitkan dengan kesombongan sebab kagum pada diri sendiri akan menghasilkan rasa bangga pada diri sendiri. Bangga pada diri sendiri diasosiasikan dengan sombong. Sebenarnya sombong dengan bangga itu lambang dua konsep yang berbeda. Rasa kagum dan bangga pada diri sendiri karena menghargai kemampuan atau potensi yang dimiliki. Kagum pada diri sendiri akan menghasilkan motivasi diri, dan ini diperlukan untuk sukses. Dari sudut pandang spiritualitas kagum dan bangga pada diri sendiri adalah bentuk syukur kepada Tuhan. Sementara sombong didorong oleh hasil mmbandingkan diri dengan orang lain, dan hasilnya aku lebih dari dia. Akibatnya akan merendahkan orang lain.
  1. Singkirkan keraguan.
Berkaitan dengan kagum pada diri sendiri, keraguan adalah sikap yang dihasilkan oleh cara pandang yang melihat diri sendiri dari sisi kekurangan, kelemahan, ketidak mampuan kita. Orang yang selalu melihat dirinya kalah dari orang lain, melihat dirinya lebih rendah dari orang lain, tidak dapat melihat aspek positip dalam dirinya. Hasilnya adalah keraguan, ketakutan dan kegagalan. Orang ragu sebenarnya orang yang takut pada kegagalan. Mengapa takut pada kegagalan karena dia mengidentikkan dirinya dengan hasil yang dicapai. Ingat kegagalan tidak mewakili diri anda, kegagalan adalah proses mencapai tujuan singkirkan ketakutan Anda.
  1. Jangan menoleh ke belakang.
Ini nasehat seorang Guru kanuragan jaman dulu kepada muridnya yang sudah lulus dan diperkenankan mempraktekkan ilmunya di masyarakat. Waktu sang Guru melepas muridnya dia perpesan : “ Sampai langkah ke tujuh jangan menoleh ke belakang, kalau kamu menoleh ilmumu akan hilang.”Ada tiga masa dalam hidup kita yaitu masa lalu sebagai kenangan, masa kini adalah kenyataan, dan masa datang adalah harapan.  Masa lalu tidak akan terulang kembali, kita tidak dapat merubah sejarah, oleh sebab itu tinggalkan masa lalu. You cannot discover new oceans unless you have the courage to lose sight of the shore. Masa kini adalah kenyataan nikmatilah, syukurilah, dan masa datang adalah harapan, perjuangkan.
  1. Serahkan kepada Tuhan.
Setelah itu semua Anda penuhi, serahkan kepada Tuhan sebagai yang berkehendak terhadap diri kita. Seperti kata Bunda Maria: “Terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Sadari bahwa diri kita hanyalah debu yang tidak bernilai. Dengan menyerahkan kepada Tuhan agar berkarya dalam diri kita, maka tidak akan ada yang mustahil di dunia ini.

Renungan di akhir Maret, 2011
Semoga bermanfaat.