Sabtu, 05 Maret 2011

Mengenal diri

DUA DEMENSI BENEH

                        Kata beneh memiliki dua demensi yaitu demensi internal dan eksternal. Demensi internal berupa pemahaman terhadap diri sendiri. Yaitu siapa aku menurut aku, yang meliputi apa nilai (value) dan keyakinan (belief) yang aku pegang..Nilai (value) berkaitan dengan apa yang paling berharga bagiku dalam hidup ini. Atau dengan kata lain tujuan yang ingin  dicapai. Nilai adalah sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi, yang ingin diwujutkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu nilai akan mewarnai sikap dan perilaku seseorang dalam menghadapi sesuatu. Nilai menjadi arah kemana seseorang akan menuju.  Sedang yang dimaksud dengan  keyakinan (belief) adalah apa yang dianggap benar atau kebenaran menurut aku. Keyakinan (belief) merupakan aturan pribadi yang lahir dari nilai (value ). Keyakina merupakan aturan kelayakaan bagi individu dalam berprilaku guna mewujudkan nilai. Oleh sebab itu setiap nilai (value) selalu diikuti dengan seperangkat keyakinan (beliefs). Apabila spiritual menjadi nilai (value ) maka yang dianggap benar (beliefs ) adalah kejujuran, keeklasan, belas-kasih, penghargaan, rendah hati dan sebagainya. Bila kekayaan menjadi nilai (value), maka keyakinan-kenyakinannya (beliefs) meliputi, hemat, tabungan, menghargai waktu, kerja keras, kesederhanaan dan sebagainya.
            Nilai dan keyakinan ini terbangun dalam diri seseorang dari pengalaman hidupnya. Yaitu hasil belajar dari lingkungan dimana dia hidup. Atau dalam istilah pendidikan adalah hasil belajar. Hasil belajar atau pengalaman ini menjadi pola sikap dan perlaku dalam interaksi yang dilakukan seseorang, bukan semata-mata dengan orang lain tetapi juga dengan alam. Banyak ahli mengatakan pola sikap dan perilaku ini terbentuk sejak usia dini. Semua pengalaman yang diperoleh  terekam dalam memori (modern area) dalam otak kita. Dan inilah yang akan menjadi motor penggerak dalam hidup kita. Nilai merupakan sesuatu yang dipandang sebagai sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan. Sesuatu yang dijaga, dipelihara bahkan diperjuangkan sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku. Nilai menjadi batu penjuru yang mengarahkan kemana akan menuju, bahkan menjadi “pisau analisis” menurut Bung Karno. Untuk mengevaluasi apakah sesuatu sesuai dengan nilai yang dipegang apa tidak. Bila sesuai disetujui, dan bila tidak sesuai ditolak. Dengan kata lain nilai inilah yang menentukan sikap setuju atau tidak setuju terhadap suatu yang tertangkap oleh indera, baik berupa benda, manusia maupun kejadian. Setiap orang memiliki nilai pada setiap segi kehidupannya. Dalam kehidupan di rumah tangga, dalam pekerjaan, di masyarakat dan bahkan lebih khusus lagi tentang uang atau kekayaan, pasangan, anak, teman dan sebagainya. Dengan fungsi nilai seperti itu maka aku akan dapat mengenal siapa aku melalui apa nilaiku.
            Demensi eksternal berkaitan dengan nilai-nilai (values ) masyarakat. Biasanya nilai-nilai masyarakat terbentuk melalui proses pembudayaan yang panjang oleh anggota. Nilai masyarakat (nilai social) berawal dari nilai individu, biasanya dari orang yang dituakan atau panutan dalam lingkungannya, yang diterima atau disetujui oleh masyarakat dan kemudian menjadi ukuran kelayakan. Seperti halnya individu, nilai-nilai (values ) masyarakat inipun dibungkus dengan seperangkat keyakinan (beliefs). Contoh, dalam kehidupan keluarga, orang tua selalu benar pendapatnya dan layak menjadi panutan anak dalam kehidupan sebagai nilai social. Maka  perilaku yang benar adalah anak harus menghormati, dan patuh pada orang tua. Inilah yang menjadi ukuran induvidu beneh atau tidak beneh dalam hubungan keluarga. Nilai dan keyakinan ini ditanamkan orang tua pada anak sejak awal kehidupan anak. Karena demikian intensifnya penanaman nilai ini maka akan menjadi karakter yang mewarnai kehidupan anak sampai dewasa. Saat individu berinteraksi dengan individu lain,  karakter itu terungkap dalam perilaku yang sesuai atau yang dapat diterima oleh individu lain.Nilai dan keyakinan masyarakat ini memiliki daya ikat, bahkan daya paksa yang sangat kuat terhadap individu anggotannya. Sehingga tidak jarang orang terpaksa mengalahkan nilai pribadinya demi menjaga nilai masyarakat karena rasa takut terhadap sangsi.  Disinilah awal individu mengingkari dirinya sendiri, karena merasa tidak mampu mengatasi tekanan nilai dan keyakinan social.
            Beneh juga  berhubungan dengan tempat, orang dan situasi dimana interaksi itu berlangsung. Yang berhubungan dengan tempat. Orang dikatakan “tidak beneh” bila misalnya di ruang tunggu praktek dokter, secara kebetulan bertemu dengan sahabat karib waktu sekolah yang sudah bertahun-tahun tidak ketemu. Karena terkejut atas pertemuan yang tidak disangka-sangka itu kita menyapa dengan suara keras dan sambil berlari menghampirinya, tanpa memperhatikan orang lain yang sedang bersama-sama ada di tempat itu. Dalam peristiwa seperti itu orang akan menilai kita tidak beneh. Contoh lain yang berhubungan dengan orang misalnya, kita akan mempunyai hajat  menikahkan anak dan kita ingin mengundang orang yang lebih tua atau kita tuakan yang tempat tinggalnya di luar kota. Menjadi tidak “beneh” bila kita mengundang dia hanya melalui SMS (Sort Massage System). Yang berhubungan dengan situasi, bergurau di rumah duka saat sedang melawat orang meninggal. Dan anehnya peristiwa seperti ini hampir selalu kita temui.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar